“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS 31:20).
Dengan bumi seisinya yang ditundukkan Allah untuk kepentingan kita ini, bukan hanya kita harus bisa menundukkan masalah-masalah besar yang dihadapi negeri ini – tetapi kita juga harus bisa mengeksplorasi peluang-peluang besarnya.
Laut yang telah ditundukkan Allah untuk kita misalnya, mestinya menjadi karunia besar bagi kita karena dari 5.18 juta kilometer persegi wilayah negeri ini, 63 %-nya adalah laut.
Tetapi sama dengan ketika kita melihat hujan sebagai musibah padahal seharusnya berkah, laut-pun dipandang demikian. “laut yang memisahkan kita” adalah ungkapan yang keliru karena mestinya “laut yang menghubungkan kita”.
Transportasi yang paling efisien adalah transportasi laut. Di laut kita tidak perlu membuat jembatan, tidak perlu mendaki bukit kemudian turun lagi, tidak perlu membangun rel dan tidak perlu membangun terowongan bawah tanah yang sangat mahal seperti yang sekarang sedang dibangun pemerintah DKI.
Tidak perlu disubsidi, tidak perlu di-encouraged – transportasi laut by nature-nya sudah berupa transportasi massal. Bayangkan kalau Jakarta adalah sebuah pulau yang terpisah dari Depok, Bekasi, Tangerang dan Banten – maka transportasi satu-satunya ke Jakarta adalah menggunakan transportasi massal berupa ferry, tidak perlu berjubel orang-orang sekitar Jakarta setiap pagi memadati kota dengan mobil-mobil besar yang ditumpangi oleh satu atau dua orang saja.
Maka sesunggunya kita beruntung memiliki negeri dengan belasan ribu pulau yang saling berdekatan, penghubung antar pulau berupa laut tersebut akan membuat ekonomi negeri ini berjalan sangat efektif dan efisien sebenarnya karena distribusi barang menggunakan ‘transportasi massal’ yang nyaris tidak memerlukan infrastruktur seperti jalan, jembatan, terowongan dan sejenisnya.
Penggunaan bahan bakarnya juga sangat efisien karena kendaraan yang berjalan ‘berlayar’ di lautan selain tidak naik turun juga tidak mengalami gesekan yang besar seperti bila kendaraan jalan di darat.
Bayangkan dampaknya bila kita mulai merubah visi ‘laut sebagai pemisah’ menjadi ‘laut sebagi penghubung’ saja, pertumbuhan ekonomi akan merata ke seluruh pulau-pulau yang belasan ribu jumlahnya tersebut. Penduduk akan menyebar mengikuti penyebaran pertumbuhan ekonomi. Jakarta akan menjadi lengang seperti lengangnya musim lebaran, Jawa akan bisa moratorium pembangunan industri sehingga bisa fokus untuk penanaman bahan pangan seperti padi dlsb.
Bangsa ini akan bisa menjadi bangsa yang besar bila kita bisa menundukkan segala permasalahan yang kita hadapi, dan ini mestinya tidak akan susah-susah amat karena semuanya sudah ditundukkan olehNya untuk kita. Yang kita perlukan sekarang tinggal (kembali) secara sungguh-sungguh mengikuti jalanNya. InsyaAllah.
Rumah Hikmah, www.rumah-hikmah.com
Tulisan Terkait:
- Alasan Berhenti Berhutang
- Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara.
- Tanaman Merambat yang menjadi Sumber Pangan
- Al Quran sebagai sumber inspirasi pertanian kita
- Desain Pertanian Qur'ani (menurut Al Qur'an)
- Tugas kita untuk memakmurkan Bumi dan Umat
- Investasi yang Islami, prinsip 1/3 Rule
- Syirkah (Kerjasama) didalam 3 Hal
Info Bisnis:
- Tips Membangun Usaha
- Indahnya mulai Usaha dgn Bootstrapping
- Membuat cita-cita besar
- Rejeki Tidak Terbatas
- Kategorikan Aset Anda
- Bisnis Mandiri kita semua
- Membuat perencanaan Usaha Mandiri
- Musibah oleh Perbuatan Kita Sendiri.
- Sikap kita dalam mengatasi Krisis.
Info Keuangan:
- Dinar Islam
- Dinar Emas sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
- Investasi Emas: Koin Dinar, Emas Lantakan atau Emas Perhiasan ?
- Belajar Emas: Pelajari walau sampai Negeri Cina
- Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun Emas...!
- Antara Kambing, Dinar dan Inflasi
- Bukti bahwa Uang Kertas itu Memiskinkan Dunia.
- Inflasi yang Terus Menerus...
- Arti Kemakmuran di System Dajjal.
- 1971 adalah awal dari Manipulasi Uang Kertas.
- Belajar dari Krisis Keuangan Dunia.
Description: Mencoba berfikir Out of the Box
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Mencoba berfikir Out of the Box